Kecil-kecil Juara Jualan

Beberapa kali ramadhan, SD Juara Semarang selalu mengadakan Bussines Day special Ramadhan. Biasanya siswa berjualan takjil di Jalan Pahlawan berjibaku dengan para penjual lain dari kalangan remaja dan mahasiswa.

Bussines day adalah program rutin bulanan yang diadakan untuk menfasilitasi tumbuhnya jiwa enterpreneurship siswa juara.

Di Ramadhan kali ini, sekolah juga mengadakan bussiness day. Bedanya, pangsa pasar (konsumen) untuk Ramadhan kali ini adalah warga masyarakat dilingkungan sekitar sekolah dengan radius maksimal satu kilometer. Tujuannya agar siswa lebih dekat dengan masyarakat sekitar sekolah, dan semakin menguatkan eksistensi Sekolah Juara di mata masyarakat

Selain nilai-nilai sosial dan mental yang tangguh yang hendak ditumbuhkan dan dibangun dalam diri siswa, sisi ekonominya pun menjadi bagian yang tidak terpisahkan yakni, bagaimana dari setiap transaksi mereka mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan barang dagangannya.


Jenis barang dagangan yang dijual berupa menu takjil diantaranya; kolak, teh manis, es buah, setup (sejenis kolak), tahu bakso, gorengan, dan buah-buahan. Semuanya hasil olahan atau racikan orang tua siswa itu sendiri. Demikian juga sumber dana atau modal orang tua sendiri yang mengeluarkan. Sekolah hanya memfasilitasi berupa pendampingan dan memberikan ‘rambu-rambu’ makanan - minuman yang diproduksi harus sehat dan bergizi.

Orang tua sangat antusias mendukung kegiatan ini. Semangat jiwa entrepreneurship benar-benar muncul ketika siswa mulai terjun ke lapangan. Dari hasil monitoring guru pendamping, tiap siswa memiliki teknik marketing sendiri-sendiri. Alhasil semua barang dagangan habis terbeli.

Kegiatan bussines day di awali dengan pengkondisian, pemberian arahan dari guru pendamping dan tak kalah pentingnya berdo’a kepada Dzat pemberi rizki, Alloh SWT. Selanjutnya setiap siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari dua siswa, kemudian disebar sesuai arah mata angin yang sudah ditentukan panitia.





Dalam prakteknya banyak kejadian yang dialami siswa diantaranya; ada pengendara mobil pribadi berhenti (semula tidak berniat membeli), kemudian oleh dua orang siswa ditawari untuk membeli barang dagangannya (takjil).  Pengendara tersebut tidak menolak, malah merogok kantong (ambil dompet) untuk membeli takjil. Beliau mengambil 4 bungkus takjil (masing-masing 2 bks) dari 2 orang siswa seharga Rp. 8.000,- dan membayar dengan uang tunai pecahan Rp.50.000,- si penjual (siswa) kebingungan karena tidak punya uang kembalian. Melihat siswa gelagapan karena kebingungan, sang pengendara tadi langsung mengatakan “ya sudah, kalau tidak ada kembaliannya buat kalian berdua saja” kata siswa menirukan.



Di gang yang berbeda juga ada cerita yang menarik, dimana ada penjual menu untuk berbuka puasa membeli dagangan siswa dengan penuh belas kasihan “ke sini nak, sini ibu beli. Ibu kasihan sama kalian kecil-kecil kok udah jualan”. Setelah siswa pergi, guru pendampingnya menghampiri dan bertanya “Bu, tadi beli makanan dari anak-anak ya? Kenapa ibu beli? Khan ibu sendiri sedang berjualan barang yang sama?”. “Saya kasihan, anak-anak tadi jualan mungkin supaya dapat uang jajan”, jawab si ibu dengan polosnya.

Dahsyatnya, dalam hitungan setengah jam semua barang dagangan yang dijajakan oleh siswa sudah habis terjual. Sekembalinya dari berjualan satu sama lain menceritakan pengalamannya. Banyak diantara mereka yang berkata, “Besok jualan lagi ya pak!”. Para guru hanya bisa tersenyum pertanda mengiyakan.

Kegiatan tersebut akan menjadi pengalaman hidup yang tidak akan terlupakan di benak para siswa. Model pendidikan seperti inilah yang diterapkan di SD Juara Semarang dan seyogyanya juga diterapkan di sekolah lain. Yaitu pendidikan yang lebih banyak memberikan pengalaman hidup dibandingkan dengan hafalan-hafalan ‘abstrak’ yang tidak di relevan dengan realitas kehidupan. Sekolah harus bisa menjadi problem solver bukan sebaliknya malah jadi source of difficulty. 

SD JUARA! BELAJARKU UNTUK MASA DEPANKU
 

0 Komentar