Belajar Birrul Walidain


Jum’at dan Sabtu pekan lalu menjadi special moment bagi siswa kelas III dan IV SD Juara Semarang. Sekolah mengadakan MABIT di luar sekolah. Tepatnya di komplek sekolah alam Semarang yang sejuk dan rindang. Sekolah tersebut bisa dibilang sangat mewah (mepet sawah) karena memang berada di samping persawahan salah satu kampung di Tembalang Semarang.

  Sedianya sekolah berencana mengajak siswa camping di sebuah bumi perkemahan. Tapi karena kondisi cuaca yang kurang memungkinkan maka kegiatan dirubah menjadi MABIT tapi tetap ada kontent acara seperti camping.

Berikut resume kegiatannya:


Kegiatan yang bertema Change for better future ini bertujuan untuk memberikan motivasi, pembiasaan taqarrab illallah dan juga penyadaran pentingnya birrul walidain. Hal itu terlihat dari kontent acara yang diadakan diantaranya; wirid al Ma’tsurat, qiyamul lail, dan muhasabah. Selain itu untuk menyadarkan siswa tentang pentingnya dan dahsyatnya birrul walidain di malam Sabtu mereka disuguhi talkshow birrul walidain. Bentuk acara nya ada 4 guru yang berstatus yatim/piatu bercerita secara bergantian pengalaman mereka ketika ada dan tidak adanya salah satu orangtua mereka. Hampir semua siswa menangis terharu mendengar parade cerita para guru.


Pagi harinya siswa dibangunkan pukul 3 pagi untuk muhasabah dan qiyamul lail. Untuk acara muhasabah, guru telah menyiapkan prototipe batu nisan yang telah di tempel nama-nama salah satu orangtua siswa dan di tancapkan ke tanah layaknya pekuburan. Salah satu guru memberikan agitasi terkait bagaimana hubungan siswa selama ini dengan orangtua dan bagaimana jika orangtua mereka lebih dulu meninggal. Kembali isak tangis membuncah. Setelah muhasabah dilanjutkan dengan qiyamul lail hingga menjelang subuh.


Ba’da subuh dan wirid al-ma’tsurat siswa diajak jalan-jalan menyusuri sungai besar yang mengitari kampung tempat acara diadakan. Karena malam harinya hujan maka jalananpun becek. Kondisi itu semakin menambah asyik perjalanan. Terlihat sekali keceriaan dan keriaangan siswa sepanjang perjalanan.


Usai perjalanan dan sarapan pagi siswa diajak berkunjung kerumah seorang nenek tua yang sudah berumur 90 tahun. Nenek tersebut adalah istri dari orang yang dulu membuka tanah kampung menjadi perkampungan. Namun tidak banyak warga yang tahu dan peduli dengannya. Siswapun menyalami dan mendengarkan cerita sang nenek. Sekolah memberikan bingkisan sembako dan uang untuk membantu nenek tersebut.


Semua siswa merasa puas dan senang dengan serangkaian acara MABIT kali ini. Banyak dari mereka yang meminta pada guru untuk diulang lagi acara serupa di waktu mendatang. Dari 2 kelas hanya 1 siswa yang berhalangan ikut karena neneknya sakit.

Semoga dengan MABIT ini menggugah kesadaran siswa untuk semakin mencintai dan berbakti kepada kedua orangtua. Manusia yang menentukan keridhaan Allah pada kita. Amin.

2 Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Subhanalllah,, luar biasa,, sukses terus utk sekolah juara semarang.. ^_^

    silvi (NFE pontianak)

    BalasHapus